Thursday, August 6, 2009

Perubahan yang Setengah-Setengah


Beberapa waktu yang lalu kita sama-sama menyaksikan sebuah pergulatan politik yang sangat dahsyat dari beberapa tokoh politik kita di dalam arena pertarungan pilpres. Semua kandidat melalui beberapa Tim Suksesnya mengaku paling benar dan sama-sama dicurangi. Ada apa dibalik semua itu?

Kita sama-sama mengetahui jika semua yang terjadi di dalam layar kaca tidak semuanya benar. Mulai dari sinetron, kuis berhadiah jutaan rupiah yang akhirnya habis dipotong pajak, rality show yang penuh dengan drama dan air mata bahkan bisa melebihi sinetron, begitu pula dengan yang terjadi dengan politik nasional. Hampir semua yang kita lihat adalah sebuah pencitraan saja. Kembali pada kasus para TS yang menganggap pemilu 2009 sarat dengan kecurangan dan harus diadakan pemilu ulang.
Memang sejak awal kita dapat melihat betapa pemilu kali ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. 1999 kita masih menggunakan pola lama hanya saja ada penambahan jumlah partai yang bertarung dalam kancah pemilu tersebut. 2004 mulai ada ruang demokrasi bagi rakyat, dengan dirubahnya UU pemilihan umum yang menyatakan bahwa presiden akan dipilih langsung oleh rakyat. Pada pemilu kali ini pintu demokrasi semakin semakin dibuka lebar dengan diberlakukannya sistem baru dari MK melalui KPU selaku pihak yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pemilu memberikan keleuasaan terhadap pemilih untuk memilih langsung para wakil rakyat mereka di kursi DPR.Pemilu kali ini hampir 40 partai politik bertarung untuk meraup suara dengan berbagai cara termasuk melibatkan kalangan selebritis untuk terjun kedalam dunia politik (yang sebenarnya masih asing bagi mereka) pada pemilu kali ini.

Apapun akan kami lakukan untuk memperoleh simpati rakyat... karena bagi kami rakyat adalah segalanya dan kami muncul pada pemilu kali ini atas permintaan rakyat yang ingin perubahan bagi bangsa ini..." berikut kutipan dari beberapa pimpinan tinggi dalam massa kampanye juli kemarin. Mengatasnamakan rakyat dengan memunculkan beberapa delegasi dari para artis yang notabene adalah seorang aktor dan aktris dan bagi mereka akting dan berperan dengan beberapa karakterpun menjadi pekerjaan sehari-hari mereka. Sangat ironi dengan tujuan mulya mereka mengatasnamakan kakyat yang rindu akan perubahan.

Nampaknya perubahan versi mereka terhadap bangsa ini berbeda, mungkin menurut mereka jika para artis yang akan melenggang di istana akan bisa berakting mamainkan karakter seorang pemimpin bijak seperti dalam sinetron. Jika uji materi hanya dinilai dari peran mereka di dalam sebuah sinetron, maka negara ini juga hanya akan menjadi negara sinetron yang penuh dengan drama dan air mata atau sekalian saja dibuat Sinetron "INDONESIA" pasti banyak penggemarnya. Dan jika hal ini terus dibiarkan terjadi bisa gawat bangsa ini, mau jadi apa bangsa kita ke depannya. Negeri ini bukan hanya dijadikan sebagai gudang artis sinetron saja tapi negeri ini harus muncul ke dunia internasional dengan prestasinya baik dalam bidang Sains, Olah raga, Budaya, Musik bahkan prestasi dalam mengusung demokrasi. (walaupun bisa juga bangsa ini terkenal karena sinetronnya).
Setiap kali diadakan pemilu selalu ada perubahan dan anehnya perubahan itu hanya setengah saja. Walhasil terjadi kekacauan dimana-mana. Buktinya setiap ada pilkada pasti pasca pemilihan pasti saja muncul protes dari kubu yang kalah yang menilai pilkada tersebut tidak sah dan banyak jumlah suara fiktif dan itu terjadi hampir di setiap pemilihan kepala daerah di seluruh indonesia. Hal ini sudah menunjukkan betapa kurang siapnya KPU dalam menyelenggarakan pemilu dan mengakibatkan BAWASLU selaku badan independen pengawas pemilu semakin kurang kredibilitasnya. Apkah selama ini bawaslu tidak mengindikasi adanya kesemerawutan seperti ini? atau mereka terlalu sibuk menyiapkan agenda besar tampil di layar kaya bak seorang pahlawan yang berhasil mengawal pemilu.
Tentunya kita sama-sama pahami negeri ini memang membutuhkan sebuah perubahan. Dan perubahan tersebut tidak muncul secara tiba-tiba tentunya ini memerlukan waktu yang lama untuk berproses, dan dalam proses mengusung demokrasi tidak bisa dilepaskan dari peranan rakyat. Rakyat harus berpartisipasi aktif dalam mengusung demokrasi di negeri ini. Jangan pernah kita menyalahkan para pemimpin kita yang korup dan tidak memihak terhadap rakyat jika kita hanya diam dan asyik dengan dunia kita. Sementara mereka yang menjadi wakil kita dipemerintahan dibiarkan tanpa kontrol untuk berbuat semau mereka. Padahal nasib kita rakyat indonesia ditentukan oleh mereka sebagai mandataris rakyat indonesia.
Untuk itulah kita harus sadar dengan posisi kita sebagai pemberi mandat, kita harus selalu melihat dan mengawasi gerak-gerik para pemimpin kita di sana. Jangan sampai mereka menyalahgunakan wewenang yang telah kita berikan kepada mereka. Ingatlah kekuatan terbesar bangsa ini bukan terletak pada pada pemimpinnya yang cerdas tapi pada seberapa cerdas orang-orang yang dipimpinnya. (che)

No comments:

Post a Comment

suara kampoes siap menerima cacian dan makian konstruktif dari anda semua...! terima kasih atas komentarnya...