Islam :Politik dan Agama Ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaan saya milihat kondisi rill politikkita saat ini. Entah darimana datangnya pertanyaan ini datangbegitu saja dalam benak saya.Dan secara kebetulan saya bertemu dengan seorang Dosen yang concern dengan politik kita saat ini. langsung saja saya tanyakan pertanyaan ini kepada beliau. Berikut adalah jawaban yang saya dapat dari beliau dan karena saya fikir ini penting diketahui oleh semua orang jadi saya rasa ini akan bermanfaat dan semoga beliau tidak keberatan jika catatan berharga ini saya posting dan sebarkan di blog ini.
Politik dan Agama
Beberapa hari yang lalu, seorang mahasiswa saya bertanya tentang korelasi agama dan politik. Berikut ini jawabannya: Pada dasarnya sumber2 syara membhs segala aspek khdpn termsk politik, tdk heran para ulama salaf dan kholaf byk yg menulis 'Assyiasyah fil islam'. Generasi terbaik, yaitu para shahabat telah jg mewarisk etika berpolitik termsk macam2 cara pemikha (pemilihan khalifah). Jadi politik dan islam ada kaitannya, dan secara tradisi terus dipelihara....
Berpolitik secara islam berarti menyusun aneka strategi agar semua umat sadar+ridha+ikhlas berjln dibawah syariat dan strategi2 untuk mensejahterakan rakyat -karena islam rahmatan lìl alamin- itu semua dalam kerangka ideal.
Nah, kita skrg bicara fakta pada saat ini. Yg terjadi bkn berpolitik secara Islami tetapi memanfaatkan islam untuk tujuan politik. Jadi yg terjadi kini bkn islamisasi politik tetapi politiksasi islam. Akibatnya apa?islam menjadi komoditas politik yg laku dijual. Isu2 islam jadi komoditas politik. Mis. Isu jujur, bersih, jilbab, syariat, santun, jengot, kekhusuan doa/ibdh shalat seseorang dll... Mengapa fakta tsb bs menjangkiti partai termsk partai islam? karena ketika mereka menjadi pemain politik ada bahaya tobaqot/libido kkuasaan. Bahaya tobaqot ini jika dibiarkan dan tdk dikontrol...akan menyebabkan penghalalan segala cara u/ meraih kekuasaan. Mengorbankan islam, keislaman, dan umat islam....akan digunakan. Fakta politisir agama untuk tujuan politik, itulah yang kemudian menjadikan orang berpikir, "sudah tak perlu membawa agama dalam wilayah politik" karena agama itu terlalu suci untuk dipolitisir. Fakta itu membuat "sekulerisasi politik dan agama" jargon-jargon pun muncul seperti "partai yes islam no".
Tetapi fakta sosial yang terjadi sebetulnya tidak layak dijadikan sebagai sumber keputusan. Seharusnya fakta sosial yang terjadi digiring pada sebuah situasi yang mendekati ideal. Jika semuanya mengikuti fakta sosial yang ada, maka garis beda antara benar dan salah akan makin kabur.....dan semua akan mengikuti libido manusia....padahal libido manusia pada 3Ta: harta (kekayaan), Tahta (kekuasaan) dan wanita (kegemerlapan & syahwat) butuh pengendalian tidak bisa dibebaskan. Pengendali libido manusia itu dalam islam disebut sebagai hukum syara. Oleh karena itu berpolitik pun harus dimasukkan dalam kerangka hukum syara. Dalam islam syara banyak mengatur tentang politik (aneka strategi):
Jika kita beriman bahwa Alloh swt adalah khaliq wa mudabir (Pencipta dan Pengatur), maka kita tentu akan mau tunduk pada ATURAN yang telah dibuat Alloh swt yang bisa dibaca dan dihayati dalam Al Qur'an dan dipraktekan oleh Rasulullah yang prakteknya bisa dibaca di banyak hadits....dan terus dipelihara oleh para shahabat..... bagaimana syara mengatur perpolitikan, itulah yang harus menjadi kajian semua muslim yang akan terjun ke dunia politik, sehingga ia akan tetap berjalan di garis ideal yang diperintahkan syara dan tidak terjebak pada bahaya2 tobaqot. Wallohualam bisawab.
Politik dan Agama
Beberapa hari yang lalu, seorang mahasiswa saya bertanya tentang korelasi agama dan politik. Berikut ini jawabannya: Pada dasarnya sumber2 syara membhs segala aspek khdpn termsk politik, tdk heran para ulama salaf dan kholaf byk yg menulis 'Assyiasyah fil islam'. Generasi terbaik, yaitu para shahabat telah jg mewarisk etika berpolitik termsk macam2 cara pemikha (pemilihan khalifah). Jadi politik dan islam ada kaitannya, dan secara tradisi terus dipelihara....
Berpolitik secara islam berarti menyusun aneka strategi agar semua umat sadar+ridha+ikhlas berjln dibawah syariat dan strategi2 untuk mensejahterakan rakyat -karena islam rahmatan lìl alamin- itu semua dalam kerangka ideal.
Nah, kita skrg bicara fakta pada saat ini. Yg terjadi bkn berpolitik secara Islami tetapi memanfaatkan islam untuk tujuan politik. Jadi yg terjadi kini bkn islamisasi politik tetapi politiksasi islam. Akibatnya apa?islam menjadi komoditas politik yg laku dijual. Isu2 islam jadi komoditas politik. Mis. Isu jujur, bersih, jilbab, syariat, santun, jengot, kekhusuan doa/ibdh shalat seseorang dll... Mengapa fakta tsb bs menjangkiti partai termsk partai islam? karena ketika mereka menjadi pemain politik ada bahaya tobaqot/libido kkuasaan. Bahaya tobaqot ini jika dibiarkan dan tdk dikontrol...akan menyebabkan penghalalan segala cara u/ meraih kekuasaan. Mengorbankan islam, keislaman, dan umat islam....akan digunakan. Fakta politisir agama untuk tujuan politik, itulah yang kemudian menjadikan orang berpikir, "sudah tak perlu membawa agama dalam wilayah politik" karena agama itu terlalu suci untuk dipolitisir. Fakta itu membuat "sekulerisasi politik dan agama" jargon-jargon pun muncul seperti "partai yes islam no".
Tetapi fakta sosial yang terjadi sebetulnya tidak layak dijadikan sebagai sumber keputusan. Seharusnya fakta sosial yang terjadi digiring pada sebuah situasi yang mendekati ideal. Jika semuanya mengikuti fakta sosial yang ada, maka garis beda antara benar dan salah akan makin kabur.....dan semua akan mengikuti libido manusia....padahal libido manusia pada 3Ta: harta (kekayaan), Tahta (kekuasaan) dan wanita (kegemerlapan & syahwat) butuh pengendalian tidak bisa dibebaskan. Pengendali libido manusia itu dalam islam disebut sebagai hukum syara. Oleh karena itu berpolitik pun harus dimasukkan dalam kerangka hukum syara. Dalam islam syara banyak mengatur tentang politik (aneka strategi):
- Pemilihan kepala negara: mulai kriteria, keabsahannya, dan mekanismenya.
- Pengelolaan SDA: apa yang menjadi kepemilikan umum dan pribadi, bagaimana penggunaan dan distribusi kepemilikan umum.
- Hubungan luar negeri.
- Kemanan dalam negeri
- ..... dll
Jika kita beriman bahwa Alloh swt adalah khaliq wa mudabir (Pencipta dan Pengatur), maka kita tentu akan mau tunduk pada ATURAN yang telah dibuat Alloh swt yang bisa dibaca dan dihayati dalam Al Qur'an dan dipraktekan oleh Rasulullah yang prakteknya bisa dibaca di banyak hadits....dan terus dipelihara oleh para shahabat..... bagaimana syara mengatur perpolitikan, itulah yang harus menjadi kajian semua muslim yang akan terjun ke dunia politik, sehingga ia akan tetap berjalan di garis ideal yang diperintahkan syara dan tidak terjebak pada bahaya2 tobaqot. Wallohualam bisawab.